KETUARabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Abdul Ghofarrozin, mengungkap pesantren memiliki peran dan tugas yang penting mengingat jumlah yang besar dan komitmen kebangsaan yang begitu besar. Ayo Kenali Tujuh Manfaat Daun Sungkai Humaniora.
JAKARTA - Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdatul Ulama RMI-NU meluncurkan program Gerakan Nasional Ayo Mondok. Bertempat di Gedung PBNU Salemba, program Ayo Mondok diresmikan. Program tersebut awalnya merupakan moto dari Ketua Umum PBNU Prof Dr KH Said Aqil Sirodj. “Gearakan Ayo Mondok ini merupakan ection dari moto saya waktu di Makasar. Dengan kembali ke pesantren artinya kembali pada nilai-nilai akhlaq, mempelajari ilmu agama lebih dalam,” ujar Sirodj saat ditemui Republika di Kantor PBNU, Senin 1/6. Dalam pandangannya, melalui pesatrenlah manusia akan menemukan dan mengawal pikirannya untuk berpikir secara moderat, berpikir tentang apapun, tentang semua aspek baik agama, sosial, kultur dan budaya. Melalui pesantrenlah, Sirodj percaya akan tumbuh generasi-generasi yang mampu bersaing dengan dunia tanpa goyah, akan muncul genertasi islam moderat. Menurut dia, meraih pendidikan di pesantren, bukan sekadar transfer ilmu. Pesantren merupakan proses membina generasi menjadi pribadi yang mandiri dan dewasa, baik secara intelektual, sosial, maupun spiritual. “Pesantren, merupakan lembaga pendidikan yang mampu membangun generasi berkarakter,” kata Sirodj menjelaskan. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini
Beritadan topik Muktamar NU - Gugatan kepada Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar Resmi Dicabut: Persoalan Hukum Selesai - Gugatan kepada Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar Resmi Dicabut: Persoalan Hukum Selesai. KH Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum PBNU hasil Muktamar ke-34 di Lampung, disambut positif Wakil Ketua Gerakan
KH. Abdul Ghaffar Rozin Ketua PP RMI NU "Gerakan Ayo Mondok memberikan sumbangsih dan juga peran penting bagi pembangunan negara dan peradaban dunia" KH. Mustofa Bisri Pengasuh Pesantren Raudlatut Tholibin - Rembang "Semakin banyak ilmu, semakin kita harus lebih banyak belajar" KH. Maimun Zubair Mustasyar PBNU "Santri kalau sudah pulang dari tempat belajar atau pondok pesantren harus berani istiqomah" Daftar PonPes CARI PONDOK PESANTREN Home Tentang Kami Hubungi Kami Rubrik RMI-NU Selainitu, ia juga menambahkan bahwa, RMI Jombang juga mempersiapkan diri untuk berakselerasi dengan era milenial. Hal ini dimulai dengan digulirkannya narasi digitalisasi pesantren akhir-akhir ini. "Seperti menggalakkan situs web, memanfaatkan jejaring media sosial untuk gerakan ayo mondok dan membuat video-video unik tentang pesantren. Pondok pesantren pada awalnya di-setting sebagai lembaga pendidikan non-formal. Surau, Masjid dan pemondokan santri menjadi ruang aktifitas sentral para santri belajar ilmu. Ilmu yang dipelajari secara umum berkutat pada persoalan disiplin ilmu agama baca; Islam, semisal fiqh, tasawwuf, nahwu, shorof, tauhid, tajwid dan semacamnya. Teks-teks yang jadi rujukan juga seputar kitab kuning klasik, sebuah karya cendikiawan Islam Ulama yang rata-rata ditulis pada abad pertengahan. Hal semacam itu membuat beberapa kalangan menjuluki kaum pesantren sebagai kaum tradisionalis. Seiring berjalannya waktu, tuntutan zaman kian kompleks. Pesatnya keilmuan yang semakin spesifik serta perkembangan teknologi terus menuntut pesantren tetap bisa menjadi lembaga pendidikan yang selalu survive. Alhasil, pesantren juga membuka pendidikan umum mulai dari SD-MI, SLTP-MTs, SMA-SMK-MA-MAK, bahkan Perguruan Tinggi. Sungguh ini capaian yang luar biasa. Selain menjadi lembaga pendidikan agama, pesantren juga membuka ruang untuk siapa saja yang ingin memperdalami ilmu umum. Keberadaan itu ternyata tidak membuat pesantren aman dalam memuluskan ajarannya. Munculnya pesantren-pesantren baru yang sebenarnya berada dalam naungan aliran Islam transnasional menjadi tantangan pesantren yang sudah lama ada. Pesantren baru muncul dengan mengedapankan ilmu umum semata, pengetahuan bahasa Inggris dan bahasa Arab menjadi tawaran untuk menarik animo para orang tua agar memondokkan anaknya di pesantrennya. Gerakan “Ayo Mondok” yang dipelopori oleh Rabithah Ma’ahid Islamiyah RMI PBNU menjadi signal bahwa lembaga pendidikan pesantren bukan lembaga alternatif. Akan tetapi, pesantren dengan segala bentuknya merupakan lembaga unggulan. Memang, jika dilihat dari redaksi bahasa, gerakan tersebut seakan-akan hanya ajakan untuk orang tua agar memondokkan anaknya di pesantren. Ajakan tersebut diperuntukkan agar orang tua tidak memondokkan anaknya di pesantren yang salah. Karena, meskipun menempuh pendidikan di pesantren bukan jaminan mereka sudah berada di tempat yang benar. Jika pesantren yang ditempati berideologi Islam garis keras, maka sejatinya mereka tidak nyantri. Akan tetapi, mereka dididik untuk menjadi para “teroris” dengan alasan “jihad”. Setelah keluar sebagai alumni mereka malah mencoreng nama Islam itu sendiri. Untuk itulah, gerakan “Ayo Mondok” menjadi sebuah kampanye penting agar orang tua tidak salah menitipkan anaknya untuk belajar di pesantren. Pentingnya Mondok Banyak hal kenapa orang tua penting memondokkan anaknya di pesantren yang benar. Menurut pengalaman penulis sendiri, ada beberapa hal kenapa penting menempuh pendidikan di pesantren, tentunya pesantren yang berada di bawah asuhan kiai-kiai Nahdlatul Ulama NU. Di antaranya pertama, pesantren NU memiliki sanad keilmuan yang jelas. Segala yang dipelajari di pesantren NU bisa dipertanggungjawabkan. Jika kita runtut, ilmu yang dikonsumsi alurnya jelas sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Oleh karenanya, kita tak perlu khawatir atas kebenaran ilmu yang dipelajari di pesantren NU. Karena itu sudah sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW yang besok bertanggung jawab dihadapan Allah Yang Maha Esa. Kedua, pesantren mengajarkan kita untuk tidak berpikir oposisi-binner. Sebuah gaya berpikir yang selalu mempertentangkan setiap perbedaan. Tak heran, jika gerakan feminisme menjadi kekuatan matriarki yang menindas kaum lelaki, semisal. Atau sosialisme menentang otoriterianisme, lalu menjadi otoriterianisme dengan bentuk baru. Nah, di pesantren kita diajarkan bahwa perbedaan itu adalah sunnatullah. Perbedaan tidak perlu dipertentangkan, akan tetapi disikapi secara arif agar bisa berjalan beriringan. Pelajaran sejarah yang bisa kita petik adalah saat terjadi perang sesama sahabat Rasulullah. Ketika beberapa kelompok memberi dukungan kepada salah satu sahabat, bahkan ada yang memilih menyalahkan keduanya. Ulama Ahlussunnah memilih tidak berkomentar. Diamnya Ahlussunnah bukan tanpa alasan, sikap diam tanpa komentar merupakan pernyataan tersirat bahwa keduanya sama-sama mempunyai dasar alasan atas perang yang mereka kobarkan. Keduanya sama-sama sahabat Rasulullah dan perbedaan pandangan itu hal yang biasa terjadi, tak terkecuali sahabat Nabi sendiri. Ketiga, kita dikenalkan tentang konsep barokah. Dalam kehidupan pesantren, barokah menjadi hal penting yang dijadikan pegangan santri. Sering kali kita mendengar, setinggi apapun ilmu yang didapatkan jika tidak mendapatkan barokah Kiainya, maka ilmu yang didapat akan sia-sia. Dalam pandangan pesantren tabarrukan atau biasa disebut barokah mempunyai makna penambahan kebagusan dari Allah, ziyadatul khair. Artinya, setiap waktu semakin bertambah baik. Barokah merupakan sebuah kekuatan rasa yang dimiliki oleh Kiai dan dipercaya mampu melegitimasi ilmu yang diperoleh santri, manfaat atau tidak. Barokah tidak semata-mata bisa hadir dari seorang Kiai. Artinya, untuk mendapatkan titel bahwa seorang Kiai memiliki kekuatan barokah biasanya terletak pada sejauhmana Kiai tersebut memilki karomah. Karomah sendiri merupakan sebuah pengetahuan yang telah mengkristal pada diri seorang Kiai. Tentunya, ilmu yang pernah dipelajarinya telah menyatu dengan dirinya. Nah, Kiai seperti ini akan terlihat begitu karismatik di depan santri-santrinya dan masyarakat pada umumnya. Ternyata, hal semacam ini tidak hanya diakui oleh kalangan pesantren. Seorang tokoh sosiologi, Max Weber juga mengakui akan kebenaran ini. Dalam menjelaskan rasionalisasi, Weber mengakui bahwa ilmu-ilmu sosial harus berkaitan dengan fenomena spiritual atau ideal. Alasannya, sebagai ciri-ciri khas dari manusia yang tidak berada dalam jangkauan bidang ilmu-ilmu alam. Nah, yang semacam ini dalam pesantren biasa disebut dengan barokah dan karomah. Sesuatu yang selama ini kita anggap mistis, ternyata hanya persoalan rasio akal belum mampu menjangkaunya. Sebenarnya ini adalah hal yang rasional, suatu saat bisa dibuktikan. Keempat, dari pesantren kita akan diajarkan bagaimana bersosial. Tanpa disadari, dalam kehidupan santri menyimpan segudang pelajaran hidup. Hal sederhana, semisal bagaimana santri makan bersama dengan menggunakan talam. Dari situ kita bisa lihat, bahwa kebersamaan dalam pesantren itu sangat diutamakan. Tanpa melihat dari mana asalnya, miskin, kaya bahkan keturunannya. Pesantren tak pernah mengenal kasta, semua diperlakukan sama, santri. Kelima, selain persoalan di atas, hal paling penting yang bisa didapat dari pesantren adalah “Akhlak”. Akhlak yang dimaksud di sini bukan sekedar persoalan etika semata. Karena etika lebih kepada persoalan pola sikap dan pola ucap. Semisal, seorang koruptor yang sosialnya bagus tidak bisa dikatakan berakhlak. Karena apa yang ia lakukan tidak sesuai dengan kebenaran hatinya. Akan tetapi, akhlak jauh melampaui itu. Seseorang yang berakhlak, baik tindakan, perkataan, pikiran maupun perasaannya akan berjalan secara beriringan. Keempatnya tidak mungkin bertentangan. Contoh yang bisa kita ambil, ketika Nabi Muhammad SAW mengutuk seseorang yang munafik. Seperti kita mafhum, munafik adalah seorang yang ucapan dan tindakan, pikiran serta hatinya tidak sesuai. Dari contoh itu bisa kita petik, bahwa akhlak meliputi persoalan pola sikap, pola ucap, pola pikir dan pola rasa hati. Bagaimanapun juga, Nabi Muhammad SAW diutus ke dunia, tak lain dan tak bukan untuk menyempurnakan akhlak manusia, Innama bu’itstu liutammima makarimal akhlaq. Ini hanya sekelumit pengalaman dari penulis yang pernah mengenyam pendidikan di pesantren. Tentu masih banyak hal lain yang bisa dijadikan alasan kenapa mondok nyantri itu penting. Ada segudang pelajaran dan pengalaman yang hanya bisa kita dapatkan dari pondok pesantren. Untuk itu, Ayo Mondok.

Jakarta– Rabithah Ma’ahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI PBNU), menerbitkan Protokol Pencegahan Covid-19 untuk Pesantren dalam menghadapi new normal. Dalam panduan tersebut RMI PBNU memuat tatalaksana bidang kesehatan dan pedoman kesehatan. Menurut Ketua RMI PBNU, KH Abdul Ghofarrozin (Gus Rozin), panduan

Jakarta - Presiden Timor Leste Jose Ramos-Horta mengenang pertemuannya dengan Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur saat berkunjung ke kantor PBNU. Jose Ramos-Horta bercerita momen kala dia bertemu dengan Gus Dur di Paris dalam sebuah forum internasional."Saya pertama kali bertemu Gus Dur di Paris, Prancis, beberapa tahun lalu. Saat itu kita bersama menghadiri forum internasional," ujar Jose Ramos-Horta kepada wartawan di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Rabu 20/7/2022.Jose mengatakan sangat dekat dengan NU, terutama tentang pesan nilai-nilai demokrasi yang pernah ditanamkan Gus Dur sewaktu Timor Leste menyatakan merdeka. "Saya merasa sangat dekat dengan NU," kata Jose itu, Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menyebut Jose Ramos-Horta dan Gus Dur memiliki hubungan dekat. Keduanya disebut sudah lama berteman."Beliau memang dekat sekali dengan Gus Dur. Sudah kenal lama. Jadi beliau teman sejak lama," jelas Gus Yahya mengatakan PBNU akan mengajak salah satu tokoh agama dari Timor Leste untuk berpartisipasi dalam forum R20 di Bali. Bak gayung bersambut, Jose Ramos-Horta pun menyambut baik ajakan Gus Yahya itu."Kita meminta ada representasi dari Timor Leste untuk ikut dalam R20. Tokoh agama dari sana dan kami ingin membuka kerja sama dengan masyarakat Timor Leste, apa pun yang bisa dilakukan untuk agenda kemanusiaan," kata Gus Yahya."Insyaallah tanggal 2 atau November nanti di Bali. Beliau menyambut baik," Jose Ramos-Horta mengunjungi kantor PBNU di Jakarta Pusat pagi ini. Setiba di lokasi, Jose Ramos-Horta tampak disambut oleh Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya dan Sekjen PBNU Saifullah Yusuf atau Gus Ramos-Horta terpantau tiba di kantor PBNU pukul WIB, Rabu 20/7/2022. Dia tampak mengenakan kemeja berwarna putih serta jas dan masker bermotif Yahya dan Gus Ipul tampak menyalami Jose Ramos-Horta. Sesudah itu, Jose Ramos-Horta masuk ke dalam kantor PBNU didampingi oleh Gus Yahya dan Gus Ipul. rak/yld

40hari Santri Baru .Antara iya dan Tidak .Ayo mondok Di PPDU. Juni 27, 2022. Jenderal TNI Dr,Dudung Abdurachman, Jiarah ke makam Kyai Cikal bakal NU dan Akan Membuka Acara Liga Santri 2022 Pentingkah Peran Perempuan Di PBNU.Zakiyah S,Pd. April 3, 2022. MISTERI. Sejarah Singkat Dan Misteri Malam Satu Suro. Juli 30, 2022. Kemenag
Jakarta, NU Online Rabithah Ma’ahid Islamiyah RMI Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang merupakan Asosisasi Pesantren NU meluncurkan logo Hari Santri 2020. Ketua Umum RMI PBNU KH Abdul Ghaffar Rozin mengatakan, tahun ini pihaknya meluncurkan logo yang menggambarkan kondisi pandemi Covid-19 ditandai dengan gambar dua orang santri mengenakan masker. “Tahun ini, bangsa Indonesia bahkan seluruh dunia sedang menghadapi ujian yang luar biasa. Khususnya kita kalangan pesantren dengan adanya wabah pandemi Covid-19,” kata Gus Rozin melalui keterangan tertulis, Kamis 17/9. “Sampai saat ini, pandemi semakin meluas dengan bertambahnya korban di berbagai kalangan dan kluster. Kita belum tahu pasti sampai kapan ini semua akan berakhir,” sambung Gus Rozin, sapaan akrabnya. Sehingga dalam rangka Hari Santri yang akan jatuh pada tanggal 22 Oktober 2020 ini, RMI PBNU sengaja mengambil tema "Santri Sehat Indonesia Kuat" dengan logo “Ayo Mondok Pakai Masker”, sebagai spirit untuk selalu menjaga kesehatan. “Semoga bangsa Indonesia khususnya kalangan pesantren dijauhkan dari fitnah corona, karena dengan pesantren sehat maka Indonesia akan kuat,” jelasnya. Lebih lanjut, Gus Rozin mengimbau kepada keluarga besar pesantren dan para santri di Indonesia untuk senantiasa menjaga kewaspadaan dan selalu taat protokol serta menerapkannya di lingkungan pesantren. Selain itu, semua warga pesantren harus terlibat aktif dalam menjaga pesantren dari terpapar covid-19. “Supaya visi-misi pesantren sebagai lembaga pendidikan, dakwah dan pemberdayaan akan senantiasa eksis dan berkembang,” harapnya. RMI PBNU juga mengajak para santri dan seluruh elemen masyarakat untuk dapat mensosialisasikan logo Hari Santri 2020 untuk menandai peringatan yang saat ini memasuki tahun ke-6 sejak sejak ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo pada 22 Oktober 2015 lalu. Sumber NU Online Editor Abdullah Alawi

RMIPBNU menggelar Award Kompetisi Santri 4.0. Lima Pesantren Ini Memenangkan Kompetisi Santri 4.0 Sabtu , 23 Oct 2021, 02:50 WIB Reporter :Muhyiddin/ Redaktur : Agung Sasongko

Jakarta, NU OnlinePemukulan bedug oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Senin 1/6 di aula kantor PBNU Jakarta, menandai diluncurkannya Gerakan Nasional “Ayo Mondok” yang dimotori oleh Rabithah Ma’ahid Islamiyah RMI.Koordinator Gerakan Nasional “Ayo Mondok, Pesantrenku Keren” KH Lukman Harits Dimyati mengatakan, gerakan ini adalah bentuk kepedulian kalangan pesantren yang tergabung dalam RMI terhadap fenomena dunia pendidikan yang gagal menanamkan pendidikan karakter kepada pelajar dan secara moral, hanya pesantren yang bisa menyelamatkan generasi muda dari kencenderungan-kecenderungan pendidikan yang merusak. Perilaku yang baik hanya bisa dilakukan dengan pembiasaan secara terus menerus untuk bersikap baik.“Pembiasaan selama 24 jam dengan pengawasan, pembinaan dan pendampingan terus menerus adalah bentuk pendidikan karakter yang sudah lama dilakukan di pesantren, jauh sebelum isu pendidikan karakter muncul,” Sad Aqil Siroj mengatakan, gerakan Ayo Mondok ini merupakan “action” dari gerakan “Kembali ke Pesantren” yang dicanangkannya sejak Muktamar NU di Makassar 2010 lalu.“Omong kosong kalau kita ngomong kembali ke khittah kalau tidak kembali ke pesantren. Kembali ke pesantren bisa dalam artian fisik yakni mondok, atau dalam pengertian kembali kepada nilai, akhlaq dan jati diri pesantren,” dalam acara peluncuran Gerakan Nasional “Ayo Mondok” Ketua PP RMI Amin Haedari, Sekjen Miftah Fakih dan para pengurus PP RMI, Ketua RMI Jawa Tengah KH Abdul Ghaffar Rozien dan Ketua RMI Jawa Timur KH Reza Ahmad Zahid, serta para pengurus lembaga dan badan otonom di lingkungan PBNU. A. Khoirul Anam XQ1qw. 54 166 34 399 413 206 68 289 447

ayo mondok rmi pbnu